MUSIBAH DALAM PERSPEKTIF HADIS
Abstract
Allah swt. telah menciptakan segala sesuatu berpasangpasangan.
Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-DEriyEt/51: 49.
Terjemahnya: Dan dari segala sesuatu Kami ciptakan berpasangpasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah (49).
Jadi, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah swt di muka
bumi ini masing-masing memiliki pasangan. Misalnya: laki-laki dan
perempuan, jantan dan betina, siang dan malam, atas dan bawah,
baik dan buruk, yang sesuai dengan keinginan dan yang tidak sesuai
dengan keinginan.
Dalam kehidupan di dunia ini, setiap manusia tidak akan
kosong dari dua hal, yaitu: 1) Yang sesuai dengan keinginannya. 2)
Yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Hal-hal yang sesuai dengan keinginan manusia, seperti: sehat,
selamat, banyak harta, banyak keluarga, banyak sahabat dan semua
kelezatan dunia lainnya. Adapun hal-hal yang tidak sesuai dengan
keinginan manusia, seperti: ketaatan, kemaksiatan dan musibah.1
1JamEl al-DFn al-QEsimG, Tahb Mau`izat al-Mu’minn (Cet. II; Al-Mamlakah al
`Arabiyyah al-Su`Hdiyyah: DEr Ibni al-Qayyim, 1408 H / 1988 M), h. 372.
121
Ketaatan dan kemaksiatan terikat dengan ikhtiar manusia.2 Artinya
manusia memiliki pilihan untuk menolak ketaatan atau melakukan
ketaatan. Demikian juga manusia memiliki pilihan untuk menolak
kemaksiatan atau melakukan kemaksiatan. Akan tetapi, musibah tidak
demikian halnya, musibah tidak terikat dengan ikhtiar manusia.3
Artinya manusia tidak memiliki pilihan untuk menolak musibah,
manusia hanya memiliki pilihan untuk menghindari atau
menghindarkan musibah.
Persoalan musibah tidak saja dibahas oleh al-Qur’an, tetapi
juga dibahas oleh Hadis Rasulullah saw. Namun dalam tulisan ini,
akan dibahas tentang musibah berdasarkan Hadis Rasulullah saw. Dan
sudah barang tentu persoalan musibah telah diuraikan oleh banyak
Hadis dengan matan dan sanad yang mungkin berbeda dalam
berbagai kitab Hadis.
Perbedaan matan dan sanad Hadis yang berbicara tentang
suatu pokok persoalan, tidak terlepas dari periwayatan Hadis secara
lisan dalam kurun waktu yang relatif lama. Lebih satu abad
sepeninggal Rasulullah saw, barulah Hadis itu dibukukan, yaitu pada
masa pemerintahan Umar bin Abdil Aziz (w. 101 H).4
Akan tetapi, perbedaan matan Hadis yang berbicara tentang
suatu pokok persoalan bisa menjadi penyebab perbedaan kualitas
Hadis. Demikian juga perbedaan sanad Hadis yang berbicara tentang
suatu pokok persoalan bisa pula menjadi penyebab perbedaan kualitas
Hadis.