Perjumpaan Demokrasi, Multikulturalisme dan Inklusifisme Pendidikan di PM Gontor 7 Putera, Konawe Selatan
Abstract
Abstrak
Pendidikan adalah invenstasi jangka panjang sebuah bangsa. Sebelum masa keterpurukan akibat perang dunia, pertama hingga kedua, pendidikan menjadi tonggak kemasyhuran bangsa-bangsa besar. Sejak kejayaan Mesir kuno, peradaban Islam di Irak dan Spanyol, hingga revolusi juli, adalah bentangan kekuatan pendidikan. Gemerlap politik global terkadang mengalihkan perhatian negara kepada persoalan politik, hingga menampilkan parade kekuatan dominatif suatu bangsa atas bangsa lain. Produk-produk dari usaha pendidikan menjadi alat penebar arogansi antar bangsa. Namun, setelah perang dunia kedua, Jepang misalnya, melakukan reposisi nasional dari kecenderungan ekspansif ke pembangunan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan. Hasilnya, Jepang melejit sangat cepat hingga saat ini. Artikel ini berupaya menjelaskan bahwa melalui pendidikan, persoalan-persoalan sosial dapat diurai. Gagasan pendidikan pada dasarnya untuk kepentingan kemanusiaan menyeluruh, sehingga tidak hanya dapat diakses oleh kelompok tertentu. Demikian juga sekat-sekat geografis, demografis dan politis, melebur ketika berada dalam lembaga pendidikan. Bangsa Indonesia yang pernah dijajah beberapa abad, ketika menghirup udara kemerdekaan, tidak menampilkan dendam kepada negara bekas penjajah. Pendidikanlah yang mengajarkan para pendiri bangsa bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Bahkan Indonesia harus aktif dalam pergaulan antar bangsa, memelopori perdamaian dunia. Para pendiri bangsa kebanyakan berlatar pendidikan khas Indonesia, seperti pesantren. Salah satunya adalah PM Gontor, yang dalam berbagai gerak pendidikannya, menunjukkan kemampuan mempertemukan demokrasi, multikulturalisme, inklusifisme.
Kata Kunci: Demokrasi, Multikulturalisme, Inklusifisme, Pesantren
Abstract
Education is a long-term investment of a nation. Before the downturn caused by the world war, first to second, education became the cornerstone of the great nations. Since the glory of ancient Egypt, Islamic civilization in Iraq and Spain, until the July revolution, is a stretch of educational power. The glitter of global politics sometimes diverts the country's attention to political issues, to the parade of a nation's dominating power over other nations. The products of the educational endeavor become a means of spreading the arrogance between nations. However, after the second world war, Japan for example, made a national reposition of the expansionary tendency to the development of Human Resources through education. As a result, Japan skyrocketed very quickly to this day. This article seeks to explain that through education, social issues can be broken down. The idea of education is basically for the sake of humanity is comprehensive, so it is not only accessible to certain groups. Likewise geographic barriers, demographics and politics, merge when in an educational institution. The Indonesian nation that had been colonized for centuries, when it breathed freedom of air, did not show a grudge against the former colonial country. It is education that teaches the founders of the nation that freedom is the right of all nations, as opposed to the principles of humanity. Even Indonesia must be active in the inter-nation association, pioneering world peace. The founders of the nation are mostly educational backgrounds typical of Indonesia, such as boarding schools. One of them is PM Gontor, who in various educational movements, demonstrates the ability to bring together democracy, multiculturalism, inclusiveness.
Keywords: Democracy, Multiculturalism, Insclusivess, Pesantren
Full Text:
PDFReferences
El-Ustadzi, Hani Hanifah. "Peran Sultan Sulaiman Al-Qanuni Dalam Membangun Kejayaan Kesultanan Turki Utsmani Pada Abad Ke-16." JURNAL TAMADDUN 5, no. 1 (2017)
Erni, Puspitasari, Fujiyanti Dinny, and Roosiani Indun, Reformasi Pendidikan Dan Kebangkitan Ekonomi Jepang Pasca Perang Dunia Ke II, (In Prosiding Seminar hasil penelitian semester genap 2014/2015, vol. 3, no. 2, pp. 115-128. Unsada, 2015)
Fasya, Kemal. "Lubang Hitam Peradaban." Kompas (2014)
Gufron, Amir. "Inklusifisme Islam Di Indonesia." Al-A'raf: Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat 11, no. 1 (2014)
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diakses 21 Januari 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Mongolia, diakses 27 Januari 2018
https://news.detik.com/berita/2971800/soal-insiden-tolikara-menag-larangan-beribadah-melanggar-konstitusi, diakses 11 Maret 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya, diakses 5 Mei 2018
http://www.madinaonline.id/s5-review/setelah-gereja-dibakar-di-aceh-kini-masjid-dilarang-di-bitung/diakses 11 Maret 2018
https://nasional.tempo.co/read/377115/pengusiran-paksa-warga-syiah-sampang-dikecam, diakses 11 Maret 2018
https://nasional.tempo.co/read/668047/konflik-yang-dipicu-keberagaman-budaya-indonesia, diakses 11 Maret 2018
https://news.detik.com/berita/d-3914121/5-bulan-perang-suku-di-papua-tak-kunjung-selesai-9-orang-tewas, diakses 11 April 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Inklusivisme, diakses 22 Januari 2018
Iskandar, Syaifudding. "Resolusi Konflik Etnik Samawa Dan Etnik Bali Dl Sumbawa." Populasi 20, no. 1 (2009)
Krisnadi, I. G. "Sejarah Amerika Serikat," (Universitas Jember: Digitas Repository, 2012).
Lexy, J. Moleong. "Metode penelitian kualitatif." Bandung: Rosda Karya (2002).
Lings, Martin. "Muhammad." His Life Nased on the Earliest Sources, Rochester, Vermont: Inner Traditions International (1983)
Majid, Nurcholish. Islam: doktrin dan peradaban: sebuah telaah kritis tentang masalah keimanan, kemanusiaan, dan kemodernan. (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000)
Man, John. Jenghis Khan: legenda sang penakluk dari Mongolia. (Pustaka Alvabet, 2016)
Machali, Imam, Zainal Arifin, and Ahmad Rodli. "Peace Education sebagai Resolusi Konflik Studi Kasus di Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) DIY." An-Nur 7, no. 2 (2016).
Nurdin, Abidin, And Fajri M. Kasim. "Resolusi Konflik Berbasis Adat Di Aceh: Studi Tentang Azas Dan Dampaknya Dalam Membangun Perdamaian Di Lhokseumawe." ARICIS PROCEEDINGS 1 (2017).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 Tentang pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan potensi kecerdasan dan/ atau Bakat Istimewa.
Prasetiyo, Teguh, and Sri Handayani, Kebangkitan Jepang Pasca Pendudukan Amerika Serikat Tahun 1952-1964, (Universitas Jember: Digitas Repository, 2017)
Soedijarto, Candra Gautama, and Bagus Dharmawan. Landasan dan arah pendidikan nasional kita. (Buku Kompas, 2008).
Spradley, James P. Participant observation. Waveland Press, 2016
Sugiyono, Prof. "Memahami Penelitian Kualitatif." Bandung: Alfabeta (2005)
Sungkar, Lubna. "Peranan Golongan Borjuis pada Revolusi Perancis Tahun 1789." Citra Lekha 1 (2012).
Suryadinata, Leo. "Kebijakan Negara Indonesia terhadap Etnik Tionghoa: Dari Asimilasi ke Multikulturalisme?." Antropologi Indonesia (2014).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Winataputra, Udin Saripudin. "Multikulturalisme-Bhinneka Tunggal lka Dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 14, no. 75 (2008): 1009-1027.
Zainal, Asliah, Beragama dalam Keberagaman, (Jurnal Al-Izzah LPPM IAIN Kendari, Vol. 8 No. 2 November 2013)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.