EKSISTENSI BUDAYA LOKAL DI ERA MILLENIAL (Study Kasus Bahasa Korea di Masyarakat Cia-cia)

Main Article Content

Rif'atul Khoiriah Malik

Abstract

Perkembangan zaman yang kian ekstream saat ini, sebagaimana kita kenal dengan era Millenial. Memicu beberapa problem di masyarakat. Dari segi ekonomi, akses internasional, informasi, bahkan budaya. Dalam hal ini, penulis mengkaji dari segi kebudayaan khususnya di masyarakat Cia-cia. Sehingga di sini penulis mempertanyakan bagaimana eksistensi budaya lokal di sana? Bagaimana solusi untuk mempertahankan budaya, agar tidak terkikis oleh budaya asing? Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif dilanjutkan dengan metode observasi nonpartisipasi yang mana penulis tidak ikut berpartisipasi, hanya sebagai pengamat dari luar. Karena kekhawatiran ini, penulis melihat bahwa eksistensi budaya saat ini mulai meredup. Meski terdapat beberapa dampak positif, tidak dapat dipungkiri nilai-nilai negatif juga ikut serta di dalamnya. Oleh sebab itu tulisan ini akan mengulas pentingnya mempertahankan kebudayaan yang ada. Disertai dengan study kasus kebudayaan Korea yang masuk di masyarakat Cia-cia Buton Sulawesi Tenggara sebagai contoh. Dari kasus itu akan terlihat, bahwa kebudayaan adalah bagian yang tidak boleh disepelekan dengan dalih kapitalisme. Sehingga apa yang telah menjadi bagian dari kebudayaan lokal adalah sebuah kenicayaan yang wajib dilestarikan.

Article Details

How to Cite
Malik, R. K. (2020). EKSISTENSI BUDAYA LOKAL DI ERA MILLENIAL (Study Kasus Bahasa Korea di Masyarakat Cia-cia). Al-MUNZIR, 13(1), 57–72. https://doi.org/10.31332/am.v13i1.1729
Section
Articles
Author Biography

Rif'atul Khoiriah Malik, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Mahasiswa Magister Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

References

Azhar’, I. N. (2011). Saat-Saat Kritis Bahasa Cia-Cia. 51–65.

Boeton, Fino. Seperti Ini Awal Mula Suku Cia-cia Menggunakan Aksara Korea. (Kumparan.com, Juli 2017)

Gilang, Alberus. 2016. Mengenal Kampung Korean di Indonesia. Lihat di www.goodnewsfromindonesia.id

Hanis Izrin Mohd Hassan, Angterian, S. M., & Yusop, M. S. (2017). the Excellency of Malay Language As Lingua. Kesidang, 2, 18–28.

Laksono, K., Fendri, Y., & Indrawati, D. (2017). Bahasa Ciacia Dan Aksara Kontemporernya. Jurnal Budaya Nusantara, 1(1), 55–67. https://doi.org/10.36456/b.nusantara.vol1.no1.a991

Lutan, Rusli. 2001. Keniscayaan Pluralitas Budaya Daerah Analisis Dampak Sistem Nilai Budaya Terhadap Eksistensi Bangsa. Bandung. ANGKASA Bandung.

Margono, H. (2014). Human Reality and Perfection in the Philosophical View of Sutan Takdir Alisjahbana. MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 38(1), 63–81. https://doi.org/10.30821/miqot.v38i1.52

Malik, Rif’atul Khoiriah. 2019. Konsep Sufistik “Martabat Tujuh” Sebagai Model Islamisasi Masyarakat Buton. Jurnal Esoterik: Akhlak dan Tasawuf, STAIN Kudus. Vol 5, No. 2.
https://dx.doi.org/10.21043/esoterik.v5i2.5983

Nurrochsyam, M. W., & Sudirman-senayan, J. J. (2015). Persoalan Pelestarian Bahasa Ciacia : the Problem in Ciacia Language Preservation : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 21(September 2014), 153–166.

Pesaran, M. H. (2019). Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004