PENDIDIKAN KARAKTER, HIPOTESIS SAPHIR-WHORF DAN BAHASA INTELEK DI MEDIA SOSIAL

Fahmi Gunawan

Abstract


Bahasa menunjukkan bangsa. Melalui bahasa, kita dapat
mengetahui budaya dan karakter masyarakat suatu bangsa.
Melalui bahasa, kita dapat mengetahui pola fikir masyarakat
suatu bangsa. Artikel ini bertujuan untuk membahas refleksi
penggunaan bahasa intelek di media sosial sebagai sebuah
pendidikan karakter bagi masyarakat Indonesia. Bahasa intelek
yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan untuk sok cerdas,
sok pintar, dan sok hebat yang dipopulerkan oleh Vicky Presetyo.
Dengan menggunaan hipotesis Saphir-Whorf ditemukan bahwa
bentuk bahasa intelek yang digunakan di media sosial berupa (1)
Penambahan sufiks–isasi pada nomina, (2) Penambahan sufiksisme
pada nomina, (3) Penambahan sufiks –isasi pada verba, (4)
Pembalikan konstruksi frase nominal, (5) Penambahan prefiks
memper- pada adjektiva, (6) Penggunaan diksi tidak tepat
sasaran. Penggunaan bahasa intelek ini merefleksikan budaya
masyarakat Indonesia yang suka (1) berbelit-belit, (2)
memutarbalikan fakta, dan (3) sok tahu segalanya. Melalui
refleksi budaya ini, kita dapat mengetahui pendidikan karakter
apa saja yang secara implisit ada di dalam bahasa intelek.
Pendidikan karakter yang dimaksud itu berupa (1) berkata jujur
dan tidak neko-neko, (2) sportif, dan (3) terbuka.
Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Hipotesis Saphir-Whorf,
Bahasa Intelek, dan Media Sosial.


Full Text:

Untitled


DOI: http://dx.doi.org/10.31332/atdb.v7i1.240

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2015 Al-Ta'dib



Indexing:

 

Web
Analytics

View My Stats