No 1 (2017)
VOL 10 NO.1 MEI 2017
DOI: http://dx.doi.org/10.31332/am.v10i1Al-Munzir Volume 10 No. 1 Mei 2017 terdiri dari sepuluh artikel. Artikel-artikel tersebut ditulis oleh para dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, dosen Fakultas Syariah IAIN Kendari dan dosen Univeritas Muslim Indonesia Makassar serta Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Artikel-artikel dalam Jurnal Al-Munzir ini adalah edisi pertama di tahun 2017.
Artikel-artikel dalam jurnal ini dikumpulkan dari para penulis lalu diolah dan diedit oleh penyunting/editor untuk disesuaikan dengan ketetuan dan gaya tulisan yang dipersyaratkan oleh Jurnal Al-Munir.
Artikel pertama ditulis oleh Akhmad Sukardi yang mengangkat tema “Urgensi Dakwah dalam Negara”. Keterkaitan antara Negara dan dakwah tercermin dalam perilaku Rasulullah saw. Beliau telah memikul dua tanggung jawab,sebagai pemimpin agama yang punya kewajiban menyampaikan dakwah kepada umat dan sebagaikepala Negara, punya tanggung jawab bagi berlangsungnya kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.Dakwah adalah sebuah proses atau kegiatan yang berkesinambungan terhadap aktivitas – aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki, membina, dan membentuk masyarakat yang bahagia dan sejahtera, sedang Negara yang dimaksud dalam tulisan ini adalah dukungan dan partisipasi negara terhadap proses penyampaian dakwah baik negara pada zaman nabi Muhammad saw hingga negara Indonesia.
Artikel kedua ditulis oleh Amri dengan fokus kajian “Akhlak Kepada al-Qur’an”. Menurutnya, al-Qur’an mengisyaratkan bahwa manusia sejak lahir membawa dua potensi yaitu: potensi kefasikan dan potensi ketaqwaan. Kedua potensi ini memiliki keseimbangan, tidak berat sebelah. Perkembangan kedua potensi tersebut tergantung kepada manusia itu sendiri. Jika menusia itu mengembangkan potensi ketaqwaannya, maka dia menjadi orang yang bertaqwa dan berakhlak terpuji. Dan jika manusia itu mengembangkan potensi kafasikannya, maka dia menjadi orang yang fasik dan berakhlak tercela.
Artikel ketiga ditulis oleh Aminudin dengan tema “Facebook Sebagai Media Dakwah”. Dalam pandangan penulis bahwa, Media dakwah, tidak cukup hanya mengandalkan media-media tradisional, seperti melalui ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian yang masih menggunakan media komunikasi oral atau tutur. Penggunaan media-media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah Islam lebih kena sasaran dan tidak out of date. Diantaranyaadalah facebook sebagai salah satu jaringan media sosial. Facebook sebagai salah satu media dakwah tidak dapat dipungkiri juga memiliki dampak positif dan negatif dalam menyampaikan dakwah.
Artikel keempat ditulis oleh Hadawiah. Artikel ini berbicara mengenai “Aktifitas Promosi dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Mahasiswa pada Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia”. Dalam tulisan tergambar jelas Saat ini, persaingan perguruan tinggi baik negeri (PTN) dan swasta (PTS) di Indonesia dalam memperebutkan mahasiswa cukup berat. Penelitian ini bertujuan menganalisis Aktifitas promosi, efektifitas, dan faktor penghambat promosi dengan menggunakan metode campuran (mixed methode). Subyek dalam penelitian ini terdiri dari tim promosi dan calon mahasiswa baru Program Studi Ilmu Komunikasi UMI sebanyak 60 orang.
Artikel kelima ditulis oleh Mansur yang mengangkat tema “Dakwah dalam Bingkai Kebinekaan”. Menurut penulis bahwa membincangkan kebinekaan sama artinya kita menggugat eksistensi kemanusiaan manusia di permukaan bumi ini sebagai makhluk yang memang diciptakan oleh Allah secara berbeda. Betapa tidak, secara fitrah manusia diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beragam warna kulit dan bahasa bahkan agama. Karena itu, kebinekaan/keragaman ini menuntut kita untuk mampu mengakui perbedaan yang melahirkan sikap toleran terhadap berbagai macam keragaman tersebut. Saling mengklaim bahwa saya/kita/kami lah yang paling toleran terhadap perbedaan pada akhirnya menggiring pihak tersebut ke dalam kubangan intoleransi yang pada akhirnya anti kebinekaan/keberagaman. Keragaman/kebinekaan belakangan ini mendapat ujian berat oleh berbagai peristiwa sosial kemasyarakatan sehingga tulisan ini hadir sebagai wujud ikhtiar untuk menawarkan solusi agar kebinekaan dan keragaman ini tetap pada posisinya untuk menciptakan kerukunan.
Artikel keenam bertajuk “Jejak Karya dan Pemikiran Abdul Djabar Abu (Th. 1035-2000)”, yang ditulis oleh Muhammad Alifuddin. Penulis dengan sangat elegan memaparkan fakta historis kiprah seorang tokoh Sulawesi Tenggara. Abdul Djabbar Abu adalah tokoh yang penuh inovatif, hal ini dapat dilihat dari buah tangan beliau yang diwariskan kepada masyarakat Muslim yaitu sebuah pesantren Al-Munawwarah Konawe. Selain karya fisik Abdul Djabbar Abu juga memberikan sumbangan pemikiran tentang berbagai hal diantaranya tentang agama, adminsitrasi dan lingkungan hidup..
Artikel ketujuh ditulis oleh Rahmawati yang menghadirkan tema “Rabiatul Adawiah dan Pemikirannya”. Menurutnya bahwa Rabiatul Al-Adawiyah adalah salah satu sufi perempuan dari Basrah, beliau dilahirkan sekitar tahun 95-99H/713-717 M. Rabiatul Adawiyah adalah seorang sufi yang memberikan warna tersendiri dalam dunia tasawuf dengan pengenalan tasawufnya yang dikenal dengan konsef mahabbahnya. Konsep ini bercerita tentang bagaimana cintanya seorang hamba dengan khaliknya, bukan karena takut dengan siksa neraka atau mengharap surga tetapi cinta itu merupakan cinta yang tulus dengan tanpa mengharapkan balasan terhadap segala ibadah yang dilakukan. Cinta yang dimaksud oleh Rabiatul Adawiyah adalah cinta yang tumbuh karena cerahnya mata batin dalam melihat kemahlukan diri, serta kesadaran akan kasih sayang Allah yang selalu dirasakan tak pernah berhenti membelai dirinya..
Artikel kedelapan ditulis oleh Sitti Fauziah M.. Penulis menghadirkan topik “Pendekatan Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa”. Dari tulisan ini diperoleh penjelasan bahwa pragmatik dapat dibedakan atas dua hal yaitu pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan dan pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar. Pragmatik yang dimaksudkan sebagai bahan pengajaran bahasa atau yang disebut juga “fungsi komunikatif” lazimnya disajikan di dalam pengajaran bahasa asing. Setiap bahasa memiliki sejumlah fungsi komunikatif dan di dalam fungsi komunikatif itu terdapat ujaran seperti “menyatakan setuju”, “menyatakan tidak setuju”, “menyatakan penolakan terhadap ajakan“, “menyatakan ucapan terima kasih”.
Artikel kesembilan ditulis oleh Sri Hadijah Arnus yang menghadirkan topik kajian “Literasi Media: Cerdas dan Bijak dalam Menikmati Konten Media Sosial”. Tulisan ini memaparkan secara lugas dan informatif kepada pembaca bahwa pergeseran media massa konvensional ke media baru menimbulkan kemudahan dalam berkomunikasi diantaranya tidak adanya batasan ruang dan waktu, adanya interaktivitas yang tinggi dan sistem komunikasi yang desentralized, sehingga khalayak tidak lagi pasif menerima informasi, tetapi dapat pula berperan menyebarkan informasi. Hal ini berimplikasi pada banyaknya informasi yang menerpa khalayak baik yang berdampak positif maupun negatif bagi khalayak. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan diantaranya banyaknya beredar berita bohong atau hoax dan konten media yang dapat memberikan pengaruh negatif seperti adanya perubahan persepsi khalayak, terbentuknya sikap stereotipe yang dapat berdampak pada terancamnya persatuan dan kesatuan bangsa dan perpecahan antar suku dan agama. Melihat fenomena tersebut dipandang penting adanya literasi media bagi khalayak agar mereka lebih kritis dalam memilah konten media dan mampu menganalisis isi media. Pemahaman literasi media dapat dilakukan melalui sistem pendidikan formal yaitu dengan cara memasukkan literasi media ke dalam kurikulum pendidikan sekolah. Literasi media juga dapat diberikan pada pendidikan non formal seperti dengan mengadakan seminar, pelatihan, taman pendidikan al-Qur’an, forum keagamaan seperti majelis taklim dan forum organisasi kemasyarakatan.
Jurnal Al-Munzir Volume 10 No. 1 Mei 2017 ini ditutup dengan Artikel yang ditulis Muhammad Syahrul Mubarak dengan tema “Realisasi Komunikasi Manusia pada Allah (Studi Atas Penafsiran Surah al-Fatihah dalam Tafsir at-Tanwir”. Artikel ini membicarakan mengenai realisasi komunikasi yang dibangun manusia sebagai hamba kepada Allah sebagai Sang Pencipta. Dimana ada pola komunikasi yang baik dan dibangun secara dua arah. Sehingga apa yang disampaikan oleh Allah dalam firman-firman-Nya dapat dimaknai serta diterjemahkan dengan baik oleh manusia dalam kehidupan. Pembahasan komunikasi tersebut berdasarkan penafsiran surah al-Fatihah yang terdapat dalam Tafsir At-Tanwir. Tulisan ini menyimpulkan bahwa komunikasi yang terbaik antara hamba dengan Allah berdasarkan petunjuk al-Qur’an tersebut merupakan bentuk dari realisasi komunikasi manusia pada Allah yang paling baik.